Berita  

Gaya politik teranyar menjelang penentuan biasa di bermacam negara

Badai Digital & Gelombang Populisme: Gaya Politik Teranyar Menjelang Penentuan

Menjelang penentuan krusial di berbagai negara, gaya politik kontemporer menampilkan wajah yang jauh berbeda dari dekade sebelumnya. Era ini ditandai oleh pergeseran fundamental dalam cara kampanye, interaksi pemilih, dan pembentukan opini publik.

Salah satu pilar utama adalah dominasi ranah digital. Media sosial bukan lagi sekadar alat kampanye, melainkan medan perang utama. Kandidat memanfaatkan platform ini untuk komunikasi langsung, personalisasi pesan, dan mobilisasi massa secara instan. Namun, sisi gelapnya adalah maraknya disinformasi, hoaks, dan kampanye hitam yang memecah belah, menciptakan ‘gelembung filter’ yang memperkuat bias pemilih dan seringkali mengaburkan fakta.

Bersamaan dengan itu, gelombang populisme dan politik identitas terus menguat. Para politisi kian piawai merangkul narasi "rakyat melawan elit", menyuarakan kegelisahan warga biasa terhadap sistem yang dianggap gagal atau tidak adil. Politik identitas—berbasis agama, etnis, atau kelompok sosial—digunakan untuk menggalang dukungan kuat, seringkali mengesampingkan isu-isu kebijakan yang lebih luas demi loyalitas primordial yang emosional.

Faktor ekonomi juga memainkan peran sentral. Keresahan akibat inflasi, ketimpangan, dan krisis biaya hidup menjadi lahan subur bagi janji-janji populis, baik dari sayap kanan maupun kiri. Hal ini memperdalam polarisasi politik, di mana masyarakat terbelah menjadi kubu-kubu yang kian sulit berkomunikasi, menciptakan iklim politik yang tegang dan seringkali memanas.

Singkatnya, gaya politik teranyar adalah perpaduan dinamis antara kecanggihan digital, retorika populis, penguatan identitas, dan respons terhadap tekanan ekonomi. Menjelang penentuan di kotak suara, negara-negara dihadapkan pada pilihan yang bukan hanya menentukan pemimpin, tetapi juga arah masa depan dalam lanskap politik yang semakin kompleks dan penuh tantangan.

Exit mobile version